Senin, 11 Februari 2019

Review Teh Cap Poci Vanila

Assalamualaikum Wr. Wb.

Hai! Sebagai penikmat teh, aku imau review salah satu produk teh lagi yakni Teh Cap Poci yang merupakan salah satu teh lokal dan cukup dikenal oleh sebagian besar masyarakat kita. Teh yang sering dikenal dengan sebutan Teh Poci ini sendiri berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Harganya murah, tapi tidak murahan. Buktinya banyak masyarakat kita yang menggemari teh ini. Harga teh ini hanya sekitar Rp. 5000 - 10.000 an, dan teh Poci aroma Vanila yang aku beli ini harganya hanya Rp. 5.500 rupiah. Baiklah, jadi saya bisa mulai review berdasarkan sudut pandang saya.

Warna
     Warna teh yang keluar adalah coklat agak bening, di mana warna ini merupakan hasil infusi teh setelah dicelup selama 3-5 menit (waktu pencelupan standar untuk teh hitam). Adapun warnanya seperti pada gambar ini:



Aroma dan Rasa
     Aroma yang keluar dari teh ini cukup sama dengan yang diklaim dalam produknya, aroma vanila. Namun, aroma ini tidak terlalu tajam dan lebih lembut manis. Jadi aroma yang keluar ya aroma teh asli dan sedikit aroma vanila yang lembut manis, dan aku suka karena tidak terkesan berlebihan.
     Bicara soal rasa, berhubung saya adalah penikmat teh tanpa gula (karena memang gak punya gula), jadi saya bisa merasakan rasa original produk teh ini. Dan menurut saya, rasanya tidak terlalu pekat. Namun, bagi saya ini sangat bagus, sebab teh ini sudah membawa aroma manis Vanila, yang apabila rasanya terlalu pekat, esensi dari vanila itu sendiri berkurang. Jadi rasa tidak pekat ini cocok untuk teman-teman yang tidak menyukai teh sepat.
     Oh iya, lalu saya mencoba mencampurnya dengan sedikit madu, dan ternyata teh ini lebih cocok kalau ada rasa manisnya untuk mendukung aroma vanila ini. Jadi sepertinya teh ini lebih cocok kalau dicampur dengan gula atau pemanis lainnya.



Nah, lalu siapa saja yang cocok menikmati teh ini? Jawabannya adalah semua orang bisa menikmati teh ini, sebab rasanya memang cukup universal, terutama bagi kalian yang menyukai teh manis. Sebab, kelebihan dari produk ini untuk dijadikan teh manis adalah aroma vanilanya yang keluar. Apalagi harganya pun juga murah.

Sekian.

Magang di KBRI Bandar Seri Begawan (2): Biaya Hidup

Assalamualaikum Wr. Wb.

Beberapa waktu lalu saya sempat menuliskan persyaratan umum untuk magang di KBRI Bandar Seri Begawan, nah sekarang saya ingin menuliskan bagaimana sih kehidupan di sana. Baiklah, selamat membaca ya!

Transportasi
Di tulisan sebelumnya, saya sempat menuliskan bahwa persyaratan magang di sana itu akan lebih baik kalau kita punya SIM A. Perlu diketahui, bahwa di Brunei sendiri sangat jarang ditemui kendaraan umum, palingan hanya taksi legal, taksi sapu (semacam Go-Car/Grab Car) dan bus umum (mereka nyebutnya bus awam). Sementara harga taksi umum di sana itu mahal, sekitar 25 BND (250 ribuan lah) untuk sekali jalan, lalu taksi sapu sekitar 10 BND (100 ribuan) sekali jalan dan bus umum sekitar 1 BND (11 ribuan) sekali jalan. Nah, bus awam ini memang paling murah sih namun ini cuma ada tiap satu jam sekali, jadi gak bisa bebas, dan jalurnya pun terbatas. Oleh karena itu, kalau mau magang di KBRI Brunei ini lebih enak kalau bisa nyetir mobil, soalnya kalau magang sekitar 1 bulanan kita naik kendaraan umum, itu bakal habis mahal untuk transportasi aja. Eh tapi, kalau rame-rame bareng temen, sewa mobilnya lebih murah. Emang enak kalau magang di sini tuh harus rame-rame biar bisa hemat. Masalah harga sewa, bisa lah nanti cari link di orang KBRI sana. Dulu kami sewa mobilnya sekitar 500 BND (5 jutaan) sebulannya. Tapi karena dibagi 5 orang, jadi murah deh.

Akomodasi
Nah, kalau tempat tinggal ini tergantung kalian pengen cari tempat yang kek gimana. Biasanya, pihak KBRI bakal bantu cariin tempat tinggal sih kalau memang kalian belum dapat. Cuma ya tempatnya kita ngikut mereka. Dulu kalau kami, tinggalnya di Ez Lodging dekatnya The Mall Gadong. Itu tempatnya beneran strategis, deket Pasar Malam, Supermarket, Mall dan tempat-tempat nongkrong lah. Kalau kami dulu kita dapatnya 1100 BND (12 jutaan) untuk 2 kamar dan itu dibagi kami berlima. Namun, kalau dari KBRI lebih murah sih kayaknya, sebulannya sekitar 250 BND per kamar (bisa 2 orang), tapi ya cuma isi kasur dan AC aja. Sprei dkk kita harus siap sendiri.

Makan dan Minum
Karena tergolong negara sejahtera, mungkin biaya hidupnya tergolong tinggi. Dulu kami kalau makan, rata-rata per porsinya 3 BND (30 ribuan) sampai 6 BND (60 ribuan). Itu menunya standar loh ya, di warung-warung macam ayam geprek (iya di sana ada ayam geprek). Kalau mau ke tempat macam Mc Donald, harus sedia paling minim 10 BND (100 ribuan). Sebenarnya ada sih, nasi katok harganya 1 BND (11 ribu) yang merupakan makanan paling murah. Cuma aku kurang begitu suka, soalnya bumbunya bukan seleraku.

Nah, kalau minuman, air mineral botol 450 ml, di sini harganya 0.7 - 1.5 BND (7-16 ribuan), tergantung beli di mana. Lucunya, harga bensin di sini tuh lebih murah daripada harga air mineral. Kalau pengen minum rasa-rasa, harga mulai 3 BND lah.

Lain-lain
Oh iya, di sini kalian mungkin perlu jaringan kan ya, sebut saja provider lah. Nah untuk orang asing macam kita, cuma bisa pakai provider Progressive, harganya 10 BND untuk 1 GB dalam 1 Minggu. Sementara untuk bensin sih, per liter harganya 0.5 BND (5 ribuan).

Sekian penjelasan dari saya, mungkin kalau masih ada bingung-bingung, dapat ditanyakan di kolom komentar.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jumat, 08 Februari 2019

Review Produk Teh: Dilmah Pure Camomile Flowers

Assalamualaikum Wr, Wb.

Kali ini saya kembali akan melakukan review salah satu produk teh yang cukup dikenal masyarakat (meski belum membumi seperti produk teh lokal), yakni Dilmah Pure Camomile Flowers: Infusion Mild and Aromatic. Seperti produk teh di review sebelumnya, yakni Lipton, Dilmah sebenarnya kurang begitu "merakyat" di golongan masyarakat umum, dikarenakan harganya cukup mahal untuk ukuran teh bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi, bagi masyarakat pecinta teh dan golongan menengah, produk ini sudah pasti familiar (di sini, saya masuk golongan pecinta teh, bukan golongan menengah, karena saya hanyalah mahasiswa pas pasan). Oh iya, review ini saya berikan secara netral dengan deskripsi dari sudut pandang saya sebagai penyuka teh. Jadi saya tidak akan memberikan penilaian secara angka, soalnya setiap produk selalu punya ciri khas yang tidak bisa diukur :).

Sebelum memasuki pembahasan yang lebih jauh, perlu diketahui bahwa Dilmah adalah produk teh dari Srilanka, jadi Indonesia memang impor teh ini dari sana sehingga harganya lebih mahal daripada teh lokal pada umumnya. Di Indonesia sendiri, harga Dilmah untuk lebih jelasnya bisa mengunjungi website resminya di Dilmah Tea Indonesia. Dan untuk teh Dilmah jenis Camomile yang akan saya review ini, dulu saya beli seharga Rp. 59.000. Ini adalah penampilan kemasan Dilmah Pure Camomile Flowers: Infusion Mild and Aromatic:

Kemudian di bagian atas kemasan terdapat prosedur penyeduhan agar mendapatkan rasa yang maksimal:

Baiklah sekarang langsung ke review saja ya,
Aroma
     Aroma yang keluar dari teh ini setelah diseduh menurut saya merupakan jenis aroma menenangkan yang khas. Saya sendiri belum pernah menghirup langsung aroma bunga Camomile, jadi saya tidak berani menyatakan bahwa aromanya mirip bunga Camomile. Yang jelas, aromanya soft harum dan manis, mirip sama aroma produk bayi yang bertuliskan Camomile. Secara umum saya menyukai aromanya, karena memang harum dan menenangkan. Cuma mungkin sebagian orang kurang menyukai aroma ini, karena aroma ini memang tidak umum untuk produk minuman/teh.

Warna
     Warna yang keluar dari minuman Infusion ini tentunya tidak sepekat warna teh pada umumnya. Sebenarnya saya bingung menyebut Dilmah Camomile ini teh atau bukan, sebab di kemasannya tertulis "Caffeine Free" dan di komposisinya tidak menyebut "tea leafs" atau semacamnya. Jadi kurang lebih sama lah ya dengan Lipton Peppermint di review sebelumnya, yakni infusion. Cuma untuk mempermudah penyebutan, saya akan menyebutnya teh. Hehehe. 

Oke, jadi balik lagi ke review warnanya, menurut saya kalau dilihat warnanya cenderung kuning jernih lah.seperti gambar ini (saya akan selalu menggunakan cangkir bening agar warna yang keluar terlihat lebih jelas):



Rasa
    Sekarang memasuki review rasa. Menurut saya rasa yang keluar ini cenderung lembut namun padat (tidak hambar meskipun tanpa gula). Ada rasa khas seperti aromanya. Namun, beberapa orang dekat saya cenderung kurang menyukai karena katanya aneh rasanya kalau dicampur gula, Jadi kalau terbiasa minum teh dengan gula, terus minum teh ini mungkin agak kaget, karena aroma dan rasanya memang bukan aroma dan rasa seperti teh pada umumnya, jadi khas. Saran saya, kalau ingin menikmati rasanya, hirup dulu dalam-dalam aroma teh Camomile ini, barulah pas masih hangat diminum, dan jangan dicampur gula, karena menurut saya, aroma teh ini tidak masuk kalau dicampur gula. 


Oh iya, sebagai penutup saya mau bilang kalau teh Camomile ini cocok untuk terapi insomnia. Heheh. Soalnya selain ini bebas kafein, aroma dan rasanya ini bener-bener bikin ngantuk dan relaks. Saya sendiri, sampai sekarang kalau pengen tidur waktu normal, pasti satu jam sebelum jam tidur saya menyeduh teh ini agar saya bisa cepet ngantuk. Jadi, ayolah coba produk teh yang tidak biasa di pasaran, salah satunya teh Camomile ini (mungkin hanya ada di kafe-kafe).

Sekian.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Rabu, 06 Februari 2019

Review Produk Teh: Lipton Infusion Peppermint

Assalamualaikum Wr. Wb.

     Pada postingan ini, aku mau coba review produk minuman nih, yakni teh. Perlu diketahui sebelumnya, review yang aku buat ini adalah review yang berasal dari sudut pandangku sebagai penyuka teh, bukan pakar teh. Jadi mohon dimaklumi apabila terdapat beberapa alasan yang kurang mendasar atau cenderung subjektif.

Deskripsi Produk
     Sebagaimana yang tertulis pada judul, kali ini aku mau review produk dari Lipton. Jadi Lipton ini adalah produk asli Indonesia, tepatnya dari Bogor. Sayangnya untuk sebagian orang, produk ini mungkin belum cukup dikenal. Dan spesifikasi produknya adalah Lipton Infusion Peppermint, jadi ini bener-bener murni daun mint, bukan campuran daun mint dan daun teh. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat penampakan kemasannya (aku ambil gambarnya pas jam 4 subuh, dan aku adalah anak kos, jadi mohon maaf kalau gambarnya tidak maksimal).





Jadi setiap kotak itu terdapat 15 tea bags yang masing-masing terbungkus dengan aluminium foil seperti gambar di atas. Harga satu kotaknya, di tahun ini (2018-2019) sekitar Rp.17.000 - Rp.20.000, dan dapat ditemukan di Supermarket atau toko Grosir yang besar gitu (kalau di Minimarket maupun toko-toko kecil, saya rasa sangat jarang ditemukan). Nah, dibalik kemasan aluminium foil itu terdapat metode penyeduhannya seperti yang tertera pada gambar:


 Metode penyeduhan yang tepat juga akan memengaruhi rasa minumannya, oleh karena itu untuk mendapatkan rasa yang maksimal, biasanya setiap jenis teh atau minuman semacam ini selalu ada prosedur menitannya.

Review Produk
     Sekarang lanjut ke review produknya, jadi setelah diseduh, warna minuman infusion peppermint akan seperti ini:




  • Warna

Aku memilih cangkir transparan agar warnanya dapat terlihat dengan jelas. Jadi warna minuman ini sendiri, hampir mirip dengan warna teh secara umum, hanya saja tidak terlalu pekat. Mungkin bisa dibilang warnanya cenderung hijau kecoklatan, mirip dengan warna air yang setelah digunakan untuk merebus daun (karena namanya saja infusion, hehe).

  • Aroma dan Rasa

     Sesuai namanya yang adalah infusion peppermint, aromanya dingin dan fresh daun gitu, bagus untuk relaks. Dan segi rasa dari minuman ini, menurutku tidak terlalu pekat dan kental, sebab memang ini murni daun mint tanpa campuran tehnya. Kurang lebih mirip dengan daun mint kalau direbus lah, jadi jangan terlalu berharap akan ada rasa "sepat" teh, soalnya sekali lagi ini murni daun mint. Dan dari pengalamanku, minuman infusion peppermint ini bagus diminum pas perut sedang begah, atau pas lagi banyak pikiran. Sebab sensasi dinginnya itu menurutku cukup menenangkan pikiran. Oh iya, untuk rasa, saya sarankan tidak perlu menggunakan gula atau jenis pemanis lainnya. Sebab kalau sudah tercampur pemanis gitu, jadi bukan rasa aslinya dan agak aneh aja jadinya. Dan minumnya pas lagi hangat ya, kalau dingin rasanya sudah tak nikmat lagi.

Sekian review dari saya, semoga ada pandangan mengenai produk ini.

Jumat, 09 November 2018

Magang di KBRI Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam (1)

Assalamualaikum Wr. Wb.
    Berhubung informasi mengenai magang di luar negeri, khususnya di Brunei Darussalam masih sangat minim (kemarin sangat kesulitan mencari informasi yang akhirnya berujung nekat), maka postingan kali ini berniat untuk menulis mengenai hal tersebut. Dan di bagian ini, aku mau jelasin mengenai apply-nya dulu. Baiklah, daripada basa basi langsung aja.
Jadi langkah langkah yang perlu dijalani adalah sebagai berikut, (berdasarkan pengalamanku)
Kirim dokumen yang diperlukan, meliputi:
a. Surat Pengantar magang dari jurusan (Sertakan kurun waktu magang yang diinginkan, misal tanggal berapa sampai berapa)
b. Scan Paspor
c. SIM A (jika ada), soalnya kalau bisa nyetir sangat membantu mobilitas di sana.
d. Surat Pernyataan mampu dari orangtua.
Perlu diketahui juga, tiap tahun mungkin syarat bisa aja berubah. Jadi lebih baik kalau ditanyakan lagi ke emailnya. Nah, biasanya nunggu agak lama buat dapat Letter of Acceptancenya, jadi harap bersabar.
     Setelah diterima dan sudah sampai di Brunei (ceritanya langsung nyampe KBRI), kalian nanti akan ditempatkan di fungsi yang membutuhkan anak magang. Nah, fungsi yang ada di KBRI sini itu ada Fungsi Politik, Fungsi Ekonomi, Fungsi Sosial Budaya, dan Fungsi Protokol dan Konsuler. Biasanya sih di fungsi Protokol dan Konsuler yang butuh banyak banget anak magang, soalnya kerjaannya cukup padat. Tapi kalau aku kemarin sih ditaruh di Fungsi Ekonomi, sendirian lagi, hmm. Kita ngapain aja di sana? Mungkin postingan selanjutnya baru aku jabarin, soalnya keyboard laptop ini agak rewel. Jadi bingung mau ngetik gimana, gak konsen dengan kerewelan laptop ini. Dan mengenai biaya hidup juga mungkin baru dijabarin di postingan selanjutnya. Hahahah.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Minggu, 17 September 2017

Curahan Penumpang Kereta Api

      Sebagai orang yang introvert, aku memang lebih suka cerita-cerita lewat tulisan daripada berbicara. Entah itu cerita dari hal sepele maupun hal yang mengusik pikiran (selama itu bukan privasi). Salah satu medianya ya memang blog sih.

      Ya langsung aja ke inti dari tulisan ini. Jadi kemarin ceritanya aku habis pulang ke rumah karena memang ada acara keluarga (dengan terpaksa aku pun bolos kuliah). Nah pas balik lagi ke daerah rantau (re: Malang), aku naik kereta dan jarak stasiun ke kosku itu lumayan jauh. Biasanya aku gak pernah naik kereta sih, soalnya lama, 4-5 jam harus duduk terus. Jadi dari awal aku menjadi mahasiswa baru sampai sebelum semester ini, aku selalu naik bis, karena cuma butuh waktu 1-2 jam saja (walaupun harus menahan jalanan Malang yang berliku-liku).

      Kembali lagi ke cerita, jadi berhubung naik kereta adalah salah satu hal baru yang aku alami, aku sempat kagok, (re: canggung). Cara beli tiketnya aja sempat bingung karena harus ada tulis-menulisnya, padahal aku kira bisa langsung bilang ke loketnya. Cara cari tempat duduk pun awalnya lumayan bingung, soalnya kadang ada yang dudukin kalau di kelas ekonomi. Sepengalamanku pas naik kereta yang eksekutif sebelum-sebelumnya, tempat yang kita pesan gak bakal didudukin orang lain (ya iyalah, yang pesan jauh lebih sedikit daripada yang ekonomi). Jadi gak perlu takut ada yang dudukin. Beberapa waktu lalu, lebih tepatnya kemarin sih, tempat dudukku ada yang nempatin kan. Aku tegur itu ibu-ibunya, eh dianya nyolot kalau dia emang duduk di kursi itu. Aku kan yakin kalau aku gak salah gerbong maupun salah baca angka, ya nyolot balik. Ya udah, karena malas berdebat akhirnya aku ke perbatasan gerbong yang kebetulan ada petugasnya. Aku tanya deh, beneran gak sih ini kereta jurusan Malang? Dia-nya bilang bener. Ya udah, setelah mengucapkan terima kasih, aku balik lagi ke tempat ibu-ibu itu lagi untuk adu argumen ulang. Kebetulan emang wajahku yang kelihatan dingin dan judes waktu itu, aku berhasil menarik perhatian sekitar. Dan ternyata, sebelahnya ibu-ibu itu yang dari awal diam aja itu pelakunya. Dia dapat tiket berdiri, dan seharusnya tempat duduk itu punya ibu-ibu tadi. Ya akhirnya, kita suruh pergi itu mbak-nya. (Jujur, untuk berdebat di depan umum semacam itu adalah hal memalukan. Tapi ya gimana lagi, terkadang ada orang yang seenaknya sendiri sih.)

     Selama diperjalanan, aku memang menghabiskan waktuku dengan dengerin musik dan memikirkan sesuatu hal yang aku lihat di jendela (kebetulan tempat dudukku memang dekat jendela). Jadi gak begitu memperhatikan kalau tiba-tiba ibu di sebelahku itu sudah berganti orang. Walaupun di awal kita sudah berdamai, aku nggak terlalu banyak bicara dengannya. Ganti deh, ibu yang baru ini gak kalah bikin aku mengumpat terus. Namanya juga ibu-ibu, pastilah ribet juga. Dari awal datang udah jatuhin barang yang menyadarkan aku dari pikiran yang terus meng-korelasi sesuatu.  Ini sih gak masalah ya, tapi gak lama tiba-tiba kakinya diangkat di kursi dan duduk bersila. Lah otomatis kan makan tempat itu dan bikin aku mepet-mepet jendela. Setelah sekian lama, dia batuk-batuk gak ditutup dan dihadapkan ke aku. Iya dihadapkan ke aku. Kampret, nyebar virus itu namanya. Dari sini mulai ngumpat gak jelas aku. Semakin aku mepetin badanku ke jendela dan mulai nunduk di tas yang aku pangku.

     Gak hanya sampai sini aja, di waktu berikutnya, giliran bapak-bapak depannya yang kena perilakunya. Setelah puas bersila di kursi, kali ini giliran dia selonjorin kaki di kursi bapak-bapak yang ada dihadapannya. Gak tanggung-tanggung, satu kakinya itu ditaruh di atas paha bapak itu. Ya Allah gak habis pikir aku. Kelihatan sih kalau bapak itu risih, tapi sungkan mau negur. Aku pun diam, tapi tetap mengumpat dalam hati (lagi). Ya gimana lagi, dilihat dari wajahnya, ibu itu memang susah kalau mau ditegur.

     Pelajarannya, naik kereta api akan selalu berkesan. Karena kesabaran kita akan diuji di sana, selain itu akan banyak macam-macam orang yang berbeda dengan kita maupun orang-orang yang sering kita temui di suatu lingkungan. Menyenangkan iya, karena setiap naik kereta, saya selalu mendapatkan pelajan baru. Entah itu saling memaklumi, belajar sabar, atau cerita motivasi dari orang yang kebetulan berada di dekat saya.

Minggu, 27 Maret 2016

Indonesia sebagai Negara Anggota Tidak Tetap Security Council



Indonesia merupakan salah satu Negara anggota PBB sejak tahun 1950, namun sempat keluar dari keanggotaan karena saat itu sedang ada konfrontasi dengan Malaysia yang pada tahun 1965 masuk menjadi anggota PBB.[1] Kiprah Indonesia dalam organisasi besar ini dinilai cukup baik karena telah berhasil menjabat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan sebanyak tiga kali, yang mana Dewan Keamanan merupakan badan paling eksklusif di PBB. Usaha masuknya Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB sendiri tentu saja memiliki dasar, sebagaimana yang tercantum pada tujuan Negara Indonesia pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, “Ikut serta dalam usaha ketertiban dunia yang berdasar kepada, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dan tentu saja dengan masuknya Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB ini, akan mendukung terwujudnya tujuan bangsa Indonesia yang telah tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Karena dengan ini, Indonesia akan ikut andil dalam pengambilan keputusan terkait dengan keamanan dan perdamaian dunia.


Diawali dari tahun 1973 dimana Indonesia berhasil menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 1973-1974. Dan ketika itu Menteri Luar Negeri Indonesia dijabat oleh Adam Malik. Kemudian di tahun 1994, dengan Menteri Luar Negeri Ali Alatas, Indonesia berhasil terpilih kembali menggantikan Pakistan untuk periode 1995-1996. Dan suara yang diperoleh saat itu 164 dari 170.[2] Dan yang ketiga di tahun 2006, Indonesia kembali berhasil menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2007-2008 dengan memperoleh suara 158 dari 190 mengalahkan Nepal. Saat itu jabatan Menteri Luar Negeri Indonesia dijabat oleh Hasan Wirayuda.[3] Dengan kepercayaan masyarakat internasional kepada Indonesia untuk menduduki jabatan penting ini membuktikan bahwa diplomasi Indonesia di dunia internasional dinilai baik. Adapun peran Indonesia dalam misi perdamaian dunia baik dalam keanggotaannya di PBB maupun di luar PBB diantaranya:

Mengirimkan pasukan KONGA sejak tahun 1957
Upaya perdamaian di kawasan ASEAN seperti Kamboja dan Filipina Selatan serta peran aktif di berbagai forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferasi nuklir [4]
Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30 Oktober 2008, penambahan Kontingen Indonesia dalam rangka misi perdamaian dunia di Lebanon Selatan.
Indonesia telah berpartisipasi dalam 4 operasi pemeliharaan perdamaian PBB (UNPKO) sejak UNEF (Un Emergency Forces) di Sinai tahun 1957.
Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country) dengan jumlah personil sebanyak 1.618. Saat ini Indonesia terlibat aktif 6 UNPKO yang tersebar di 5 Negara.[5]
Sebagai salah satu Negara pelopor terbentuknya Gerakan Non Blok.

Dengan beberapa peran di atas, ada kemungkinan Indonesia akan menjadi anggota Dewan Keamanan tidak tetap kembali. Karena peran-peran tersebut dapat dijadikan alat untuk bernegosiasi dan mendapatkan simpati masyarakat dunia dalam upaya pencalonan anggota mendatang.


[1] T. May Rudy. Administrasi dan Organisasi Internasional ,hlm. 52.
[2] Merdeka, Edisi Sabtu, 22 Oktober 1994. Dikutip oleh: https://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/10/23/0001.html diakses pada 11 Maret 2016
[3] Antara News, Edisi Selasa, 17 Oktober 2006. http://www.antaranews.com/berita/44570/indonesiaterpilihsebagaianggotatidaktetapdkpbb. diakses pada 11 Maret 2016
[4] Ibid
[5] Wikipedia, diakses pada 11 Maret 2016